Kepanduan di Indonesia: Awal Mula
Gerakan kepanduan dunia awalnya muncul di Inggris untuk pertama kali oleh Robert Baden-Powell dengan bukunya yang terkenal yaitu Scouting for Boys yang terbit tahun 1908. Buku itu sangat terkenal hingga memunculkan banyak organisasi di berbagai negara di dunia. Setelah itu Kepanduan ini mulai menyebar ke seluruh dunia termasuk salah satunya ke Hindia Belanda (Indonesia sebelum merdeka).
Pada tahun 1912, berdirilah Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO) yang merupakan cabang organisasi kepanduan Belanda di Hindia Belanda. Organisasi ini terus berkembang hingga pada tahun 1916 berubah nama menjadi Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) atau Persatuan Pandu Hindia Belanda. Pada saat itu anggota dari NIPV, sebagian besarnya adalah para pandu keturunan Belanda.
Barulah pada tahun yang sama di 1916 berdirilah Javaansche Padvinders Organisatie (JPO) yang dibentuk oleh Mangkunegara VII, pemimpin keraton Solo. Selain itu juga mulai berdiri organisasi kepanduan islam seperti Hizbul Wathan dan Pandu Muhammadiyah, Pandu Ansor dan lain-lainnya. Organisasi-organisasi kepanduan ini biasanya berkembang sesuai dengan warna kebudayaan, agama, atau bahkan pandangan politik lokal. Organisasi-organisasi inilah yang nantinya menjadi cikal bakal berdirinya organisasi yang lebih besar.
Kepanduan di Hindia Belanda dinilai berkembang dengan sangat baik pada saat itu. Perkembangan ini kemudian menarik perhatian dari Bapak Pandu Sedunia, Sir Baden Powell. Beliau bersama dengan istri dan anak-anaknya mengunjungi Hindia Belanda pada tahun 1934 untuk melihat secara langsung perkembangan kepanduan lokal pada saat itu. Kunjungan beliau ini meliputi organisasi yang ada di Batavia (Jakarta pada saat itu), Semarang, dan Surabaya pada awal Desember 1934.
Menuju pada Peresmian Gerakan Pramuka
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, organisasi kepanduan semakin banyak berkembang dan semakin aktif. Namun organisasi-organisasi ini dinilai kurang efektif untuk membina seluruh anggota yang ada di Indonesia karena masih terpecah-pecah. Oleh karena itu para tokoh saat itu menginginkan berdirinya satu organisasi besar yang membawahi seluruh kepanduan di Indonesia.
Pada bulan Desember tahun 1945 di Surakarta diadakan Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia. Hasil dari Kongres itu adalah terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia yang merupakan satu-satunya gerakan organisasi kepanduan yang ada di Indonesia. Akan tetapi organisasi ini tidak bertahan lama karena pada tahun 1948, Belanda melakukan Agresi Militer yang membuat gerakan kepanduan dilarang di berbagai daerah yang dikuasai Belanda.
Karena kejadian itu organisasi kepanduan di Indonesia kembali terpecah bahkan mencapai 100 organisasi. Saat itu berbagai organisasi ini tergabung ke dalam Persatuan Kepanduan Indonesia (Perkindo). Namun persatuan ini dinilai sangat lemah karena jumlah anggotanya yang begitu besar dan juga rasa mengunggulkan golongan yang tinggi.
Karena itu Presiden Soekarno dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX berusaha untuk melebur berbagai organisasi ini ke dalam satu wadah. Untuk itu Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka. Keputusan Presiden itu menetapkan berdirinya Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi pramuka nasional yang resmi. Selain itu Keputusan Presiden ini juga dikenal sebagai Hari Permulaan Tahun Kerja.
Peresmian Gerakan Pramuka di Indonesia
Pada 20 Juli 1961, para wakil dari organisasi kepanduan Indonesia mengeluarkan pernyataan untuk meleburkan diri ke dalam Organisasi Gerakan Pramuka. Selanjutnya pada 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada publik publik dalam suatu upacara di halaman Istana Negara. Pada hari itu Soekarno selaku presiden menyerahkan Panji Gerakan Pramuka kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang menjadikan tanggal 14 Agustus dikenal sebagai hari Pramuka Indonesia.
Kemudian Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjadi ketua Kwartir Gerakan Pramuka Nasional yang pertama. Beliau kemudian menginisiasi dasar kepramukaan melalui Tri Satya dan Dasadarma yang menjadi kode kehormatan yang harus dipegang oleh setiap anggota pramuka. Beliau juga mempopulerkan panggilan "Kak" untuk sesama anggota dan "Salam Pramuka" yang masih dipakai hingga saat ini.